;http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/sweden.gif Nurlailie Zhafirah: LEG NAY MERU-El-quera

Rabu, 04 Juni 2014

LEG NAY MERU-El-quera




Mempunyai ikatan didalam ruangan kecil yang sebagian orang menyebutnya “kelas” ini membuat ku semakin tertekan, satu tahun aku disini, di kelas ini, diskolah ini dan di bangku reot pojok kiri paling depan ini… Sialnya aku terjebak di kursi paling depan, sebagai anak pindahan aku tidak mempunyai banyak pilihan dan waktu untuk mempersalahkan hal kecil semacam ini, yang ku lakukakan? menjadikan tempat duduk ku zona pribadi ternyaman buatku . ya. setidaknya aku punya tempat untuk merasa nyaman.
Selain tempat duduk? tidak ada yang aku sukai dari sekolah ini.

Teman temannya? terdengar lucu sekali, mereka semua memuakkan, mereka lebih suka menggunakan topeng saat berkomunikasi, hidup mereka seperti drama… iya drama dan sialnya, aku hidup dilingkungan orang orang yang bangga dengan topengnya

Percuma aku menuntut pindah, disekolah yang baru aku rasa akan sama saja, tidak ada yang istimewa, dan aku yakin papa dan mama tidak akan mendengarkan, lebih tepatnya tidak akan peduli.

Aku pindah di sekolah ini satu tahun yang lalu, saat Ibu memacari pria muda dan kabur dari rumah, saat papa mengahabiskan uangnya untuk membayar wanita-wanita muda untuk menemani hatinya yang sepi.
Yayaya… hancurnya kisah cinta orang tuaku. Itu adalah salah satu alasan mengapa aku tidak akan pernah percaya “cinta” . Bagiku, cinta tidak pernah ada.

Mengapa semua orang repot saling mencintai kalau akhirnya cinta itu bisa pudar, bisa kadarluarsa dan akhirnya berujung perceraian. Klasik.

 Aku memutuskan untuk bertahan di sekolah ini, entah apa itu alasan terkuat kenapa aku mau bertahan, aneh sekali.. aneh, aneh seperti sekolah ini dan orang-orang yang menghuninya..
Tinggal enam bulan aku berada diskolah ini, senang rasanya bisa terbebas dari jeruji besi yang mereka sebut sekolah. Mereka bilang masa putih abu-abu adalah masa terindah. Rupanya itu tidak berlaku untukku.

Rutinitasku di sekolah? Aku hanya sibuk bermain dengan handphone di bangku zona nyamanku mendengarkan musik rock sekencang-kencangnya menggunakan earphone dan memakan berbungkus bungkus jelly candy yang selalu aku bawa dari rumah, no one will disturb me, I bet.

Tapi, hentakkan kakimu membuat konsentrasiku terganggu
kau berlalu lalang didepan ku semaunya saat aku menikmati ketenangan yang tidak aku dapatkan dirumah.

Dasar wanita aneh, fikirku
lamunanku seketika sirna, saat ku dengar saat ada orang yang meneriaki ku
“halo? budek ya? gue mau lewat! dan lo nutupin jalan gue untuk masuk kelas….”
astaga ini cewek mulutnya bawel bener, dalam hati ku berbisik.
Tanpa berkata apapun aku langsung meninggalkan wanita itu, karena malas meladeninnya
dan bodohnya aku baru menyadari bahwa wanita itu teman sekelasku, namanya El.
Elquera. 

Cewek aneh, yang bawel, galak, jutek, sinis.. idiw ga ada bagus bagusnya kalo dipikir pikir
aku terus berjalan dan entah sengaja atau tidak, aku menabrak bahu cewek aneh itu sampai dia terjatuh.
“mau lo apa sih dir? lo dendam sama gue, iya? tadi lo nutupin jalan, sekarang lo nabrak gue sampe jatoh!  lo jadi cowok kok nyebelin banget”
“sorry……” kataku sambil bergegas menuju pintu kelas dan. meninggalkan Elquera yang masih bengong mencerna kata kataku dan aku berbalik lagi untuk menyelesaikan kata kataku saat El masih berdiam dengan polosnya.
“lagian itu badan apa kapas, disenggol dikit langsung terbang..” kataku tanpa ekspresi dan langsung buru buru meninggalkan kelas.

Ku dengar El berteriak di belakangku, entah apa yang dia katakan, kedua telingaku sudah tergantung earphone dengan lagu yang kuputar dengan volume cukup keras

Kau membuat hidupku berantakkan, sejak kita dipertemukan hidupku seolah tidak lagi tertata.
Suasana kelas terasa memuakkan semenjak  kau duduk disebrang barisan, pandangku selalu tidak sengaja tertuju, entahlah.. akhir-akhir ini fokusku sering terbagi karena….. ah tidak mungkin.
Kau aneh el, aneh.
“dirga! dirga I talking with you, god!”suara Vera mengisi seluruh lorong sekolah di depan kelas.
Aku tidak menyadari sedari tadi Vera berbicara padaku, entah dari kapan tiba-tiba dia sudah disampingku sambil merangkul tanganku. Vera wanita tercantik disekolah kata mereka, menurutku biasa saja, dia seperti mereka, tidak berbeda, dan aku tidak tertarik sama sekali walaupun ia terus ingin berada disampingku.Aku selalu menghindarinya karena menurutku, ia terlalu berisik. Dan terlalu "sama".
“sorry ver, gua buru-buru....” sambil melepaskan tangannya dari tanganku dan bergegas kembali ke kelas
“ga! dirga tunggu! gue belum selesai ngomong!”

Vera terus saja berteriak, tapi aku tak peduli , aku meninggalkannya dan terus berjalan tanpa sadar kembali ke kelas, namun tanpa sengaja tatapku tertuju pada tempat duduk kedua disebrang pintu itu, 
ah El! aku cukup lama memperhatikannya dalam detik, begitu  ku tersadar, aku masih saja tidak mengerti… sejak kapan seorang freak girl seperti Elquera bisa sukses menyita tatapanku?

aku mengurungkan niat untuk masuk ke dalam kelas, dan memustuskan untuk membeli sebuah minuman soda di kantin,
“ga…”
“kenapa?” suara El ternyata, belum selesai ku menghabiskan minumanku, ku lihat matanya berkaca kaca
“…..”
“lo kenapa el ?! lo sakit? ” astaga gua ngomong apa barusan, “lo sakit?” sejak kapan gua peduli sama ini cewek, fikirku dalam hati
“lo janji ya… jangan bilang ini ke orang-orang”
“mending kita duduk ditaman, dikantin banyak orang ga enak gua disangka yang buat lo nangis”
Aku melihat El tertawa kecil di sela tangisnya yang semakin terdengar samar. Dan tidak sengaja aku menatapnya lebih dalam lagi. lagi…

*taman*

“lo kenapa?”
“lo tau ga dir, kenapa bunga bunga ditaman itu berwarna warni?”
“ya karna waktu nanemnya bibit bunganya beda bedalah”
“Pikiran lo pendek banget sih dir, ga tau arti kiasaan ya!” kata El sambil tertawa
kali ini tawanya berbeda, terlihat ketulusan dan kelembutan yang terkandung dalam tawa kecilnya.
dan astaga entah perasaan apa ini, ada sesuatu yang berbeda saat melihat El tersenyum, seperti getaran sejuk aneh yang mendesir dalam hati……. ah sudahlah
“bukan ga, mereka berwarna warni karna tuhan mentakdirkan mereka hidup berdampingan dengan warna warna yang indah”
“hm… terus hubungan sama yang lo tangisin?”
“gue nangis karna… ehm gue ga nangis, gue cuma sedih dan hmm..”
“dan?”
“……….eh! liat deh bungan mawar itu! ya  ternyata gue ga bisa hidup kaya bunga bunga itu, bewarna-warni, berdampingan, mereka indah karena mereka hidup bersama sama, mereka saling mengisi, dan smua kelihatan indah karna saling mengisi kekurangan”
“maksud lo el?”
“pernah gak sih lo memposisikan diri lo sebagai bunga… hmm bunga mawar deh contohnya, dia indah tapi berduri. durinya itu melindungi dia agar tidak semua orang dapat menyentuhnya, dia berbeda.. untuk mendapatkan bunga itu bahkan seseorang harus terluka dulu karna durinya……”

El menatapku lama, dengan tampang datarnya dan sesekali menggariskan senyum kecil diwajahnya, tanpa sadar aku menatapnya lama, tanpa sadar……..
“dir?”
El  memanggilku pelan, dan aku terhenyuk dan kembali sadar, ya tuhan… aku menatapnya lagi!
“eh hmm.. enggalah, gua ga suka jadi bunga”
“terus lo sukanya jadi apa?” nada bicara El sedikit penasaran
“jadi gua. tanpa ada kata “andai” jadi siapa dibelakangnya”

El terdiam, tiba tiba segalanya hening, El sempat menatapku lama, aku menyadari dia menatapku tapi aku enggan menoleh. Ia akhirnya memalingkan wajahnya melihat bunga-bunga disana lagi, untuk sekedar memperhatikan bunga itu atau… bisa jadi ia sedang  mengalihkan perhatiannya untuk mencerna kata-kataku barusan.

Kami terdiam cukup lama. Entah apa yang salah dengan kata kataku barusan hingga Elquera itu menutup mulutnya rapat. Aku memecah keheningan dan memberanikan diri bertanya masalahnya.
“Sorry El, ada yang salah sama kata-kata gua barusan?”
“oh.. engga kok dir..hehe gapapa kok”
“Lo gapapa kan? gua mau balik, nih..” Kataku sambil menyodorkan sebungkus jelly candy.
El menerima jelly candynya dengan tatapan sedikit kebingungan dan kulihat dari mata beningnya tak ada lagi air mata yang ia teteskan. syukurlah.. untuk yang pertama kali aku bisa memikirkan orang lain lagi selain diriku.
Akhirnya..

***

“Thank you for your kindness yesterday. Finally, I can see something without using my eyes”

Surat kecil itu terletak diatas meja kelasku bersama sekotak bekal, aku membacanya berulang-ulang… Ah tidak salah lagi ini adalah El.
Aku membuka kotak bekal itu, dan isinya adalah nasi goreng dengan sosis dan baso yang dipotong kecil-kecil.. cara yang manis untuk berterimakasih rupanya. Dan sekali lagi tanpa sadar, aku mengulum senyum.

*To be continued*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar