Keanehan terus berlanjut…
Suatu hari terlintas wajah ayah dalam pikiran saya.
Ayah yang sudah tua, sakit-sakitan dan mulai melemah raganya. Saya
mulai berfikir, saya jarang berdoa untuk beliau, padahal ayah selalu berdoa
untuk saya, berharap saya selalu sehat dan mendapat yang terbaik. Saya sedih
sekali sekaligus terluka, untuk 2 menit berdoa setelah sholat untuk orang tua
saja tak mampu, dan baru sadar kalau saya benar-benar miskin sejadi-jadinya,
karena lemah akan iman.
Saya jarang dirumah karena sibuknya aktivitas kuliah, ngajar,
organisasi. Pulang kerumah bisa dihitung jari dalam seminggu, beliau sakit saya
masih sibuk di kampus, beliau kesepian sedangkan saya sibuk main dengan teman,
ketika dirumah, beliau masak saya jarang makan karena sering memilih milih
makanan (Ayah yang menjadi kepala keluarga sekaligus ibu bagi saya setahun
terakhir ini, karena saya dan mama tidak satu rumah lagi oleh karena itu beliau
memasak, menyiapkan keperluan saya menggantikan mama), sampai pernah saya
memergoki kalau ayah sedang memandang masakan yang tidak saya makan dengan raut
sedih.
Pada hari itu, zalim kedua saya, yang saya sadari.
YaAllah hati rasanya sakit sekali, seperti diremas…
Lalu saya mulai menangis terisak sepanjang malam, di usia yang
sudah kepala dua saya masih menyusahkan beliau. Saya merasa gagal dan tidak
bermanfaat bagi beliau. Sampai tiba-tiba teringat buku yang pernah saya baca
tentang seorang wanita yang menyeret ayahnya ke neraka karena tidak
memakai jilbab. Setiap helai dari rambut yang terlihat oleh orang lain, maka
dosanya bukan hanya pada milik wanita itu tetapi ayah, dan saudara laki-lakinya
juga berdosa. Tetapi saya masih tenang saja, karena berfikir toh saya sudah
berjilbab, jadi ayah dan adik saya tidak ikut menanggung dosa.
Setelah lelah menangis, saya mencari penghiburan di dunia maya,
yakni instagram.
Keanehan kedua pun dimulai….
Muncul video yang menarik di explore instagram, entah rasanya jari
saya tergerak untuk memutar video tersebut. Video itu adalah video ceramah
seorang ustad, lagi-lagi seorang ustad.
Dalam videonya, beliau mengatakan bahwa “Apakah kamu sudah
menggunakan jilbab dengan benar? Atau yang kamu gunakan bukan jilbab, tetapi
sesuatu untuk membalut aurat dan membuatnya semakin jelas terlihat?” Deg! Hati
saya deg-degan sangat kencang, dan saya yakin ini bukan deg-degan karena cinta
(Hehe bercanda dulu)
Keesokkannya saat akan pergi ke kampus, saya berkaca dan
memperhatikan bagaimana cara saya berbusana selama ini. Saya memperhatikan
betul dari atas sampai bawah, saya memakai jeans yang ketat, kaos panjang yang
tipis dan pendek sepinggang, jilbab yang tidak menutupi dada, dan tidak
menggunakan kaos kaki. Trend busana masa kini sekali.
Saya lemas, ternyata gaya busana saya selama ini bukanlah busana
yang islami, karena jilbab yang saya kenakan belum menutupi dada, dan pakaian
yang saya pakaian belum panjang bahkan bisa dibilang “hanya membalut aurat”.
Saya teringat video itu, dan mulai kembali sedih. Inikah balasan
saya terhadap ayah? Membuat dosa setiap kali saya melangkahkan kaki keluar dari
rumah dan memamerkan aurat yang terbalut pakaian masa kini? YaAllah…
Saya enggan menyakiti hati beliau lagi, saya enggan membuat beliau
masuk neraka gara-gara saya. Saya bertekad untuk berubah sedikit demi sedikit.
Saya yakin Allah akan membantu setiap orang yang mau berubah,
menjadi muslimah yang sebenarnya.
To be Continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar