Mempunyai ikatan didalam
ruangan kecil yang sebagian orang menyebutnya “kelas” ini membuat ku semakin
tertekan, satu tahun aku disini, di kelas ini, diskolah ini dan di bangku reot
pojok kiri paling depan ini… Sialnya aku terjebak di kursi paling depan,
sebagai anak pindahan aku tidak mempunyai banyak pilihan dan waktu untuk
mempersalahkan hal kecil semacam ini, yang ku lakukakan? menjadikan tempat duduk
ku zona pribadi ternyaman buatku . ya. setidaknya aku punya tempat untuk merasa
nyaman.
Selain tempat duduk?
tidak ada yang aku sukai dari sekolah ini.
Teman temannya? terdengar
lucu sekali, mereka semua memuakkan, mereka lebih suka menggunakan topeng saat
berkomunikasi, hidup mereka seperti drama… iya drama dan sialnya, aku hidup
dilingkungan orang orang yang bangga dengan topengnya
Percuma aku menuntut
pindah, disekolah yang baru aku rasa akan sama saja, tidak ada yang istimewa,
dan aku yakin papa dan mama tidak akan mendengarkan, lebih tepatnya tidak akan
peduli.
Aku pindah di sekolah ini
satu tahun yang lalu, saat Ibu memacari pria muda dan kabur dari rumah, saat
papa mengahabiskan uangnya untuk membayar wanita-wanita muda untuk menemani
hatinya yang sepi.
Yayaya… hancurnya kisah
cinta orang tuaku. Itu adalah salah satu alasan mengapa aku tidak akan pernah
percaya “cinta” . Bagiku, cinta tidak pernah ada.
Mengapa semua orang repot
saling mencintai kalau akhirnya cinta itu bisa pudar, bisa kadarluarsa dan
akhirnya berujung perceraian. Klasik.
Aku memutuskan
untuk bertahan di sekolah ini, entah apa itu alasan terkuat kenapa aku mau
bertahan, aneh sekali.. aneh, aneh seperti sekolah ini dan orang-orang yang
menghuninya..
Tinggal enam bulan aku
berada diskolah ini, senang rasanya bisa terbebas dari jeruji besi yang mereka
sebut sekolah. Mereka bilang masa putih abu-abu adalah masa terindah. Rupanya
itu tidak berlaku untukku.
Rutinitasku di sekolah? Aku hanya sibuk bermain dengan handphone di bangku zona nyamanku mendengarkan musik rock sekencang-kencangnya menggunakan earphone dan memakan berbungkus bungkus jelly candy yang selalu aku bawa dari rumah, no one will disturb me, I bet.
Tapi, hentakkan kakimu
membuat konsentrasiku terganggu
kau berlalu lalang
didepan ku semaunya saat aku menikmati ketenangan yang tidak aku dapatkan
dirumah.
Dasar wanita aneh, fikirku
lamunanku seketika sirna,
saat ku dengar saat ada orang yang meneriaki ku
“halo? budek ya? gue mau
lewat! dan lo nutupin jalan gue untuk masuk kelas….”
astaga ini cewek mulutnya
bawel bener, dalam hati ku berbisik .
Tanpa berkata apapun aku
langsung meninggalkan wanita itu, karena malas meladeninnya
dan bodohnya aku baru
menyadari bahwa wanita itu teman sekelasku, namanya El.
Elquera.
Cewek aneh, yang bawel,
galak, jutek, sinis.. idiw ga ada bagus bagusnya kalo dipikir pikir
aku terus berjalan dan
entah sengaja atau tidak, aku menabrak bahu cewek aneh itu sampai dia terjatuh .
“mau lo apa sih dir? lo
dendam sama gue, iya? tadi lo nutupin jalan, sekarang lo nabrak gue sampe
jatoh! lo jadi cowok kok nyebelin banget”
“sorry……” kataku sambil
bergegas menuju pintu kelas dan. meninggalkan Elquera yang masih bengong
mencerna kata kataku dan aku berbalik lagi untuk menyelesaikan kata kataku saat
El masih berdiam dengan polosnya .
“lagian itu badan apa
kapas, disenggol dikit langsung terbang..” kataku tanpa ekspresi dan langsung
buru buru meninggalkan kelas .
Ku dengar El berteriak di
belakangku, entah apa yang dia katakan, kedua telingaku sudah tergantung
earphone dengan lagu yang kuputar dengan volume cukup keras
Kau membuat hidupku
berantakkan, sejak kita dipertemukan hidupku seolah tidak lagi tertata .
Suasana kelas terasa
memuakkan semenjak kau duduk disebrang barisan, pandangku selalu tidak
sengaja tertuju, entahlah.. akhir-akhir ini fokusku sering terbagi karena….. ah
tidak mungkin.
Kau aneh el, aneh.
“dirga! dirga I talking
with you, god!”suara Vera mengisi seluruh lorong sekolah di depan kelas.
Aku tidak menyadari
sedari tadi Vera berbicara padaku, entah dari kapan tiba-tiba dia sudah
disampingku sambil merangkul tanganku. Vera wanita tercantik disekolah kata
mereka, menurutku biasa saja, dia seperti mereka, tidak berbeda, dan aku tidak
tertarik sama sekali walaupun ia terus ingin berada disampingku.Aku selalu
menghindarinya karena menurutku, ia terlalu berisik. Dan terlalu
"sama".
“sorry ver, gua
buru-buru....” sambil melepaskan tangannya dari tanganku dan bergegas kembali
ke kelas
“ga! dirga tunggu! gue
belum selesai ngomong!”
Vera terus saja
berteriak, tapi aku tak peduli , aku meninggalkannya dan terus berjalan tanpa
sadar kembali ke kelas, namun tanpa sengaja tatapku tertuju pada tempat duduk
kedua disebrang pintu itu,
ah El! aku cukup lama
memperhatikannya dalam detik, begitu ku tersadar, aku masih saja tidak
mengerti… sejak kapan seorang freak girl seperti Elquera bisa sukses menyita
tatapanku?
aku mengurungkan niat
untuk masuk ke dalam kelas, dan memustuskan untuk membeli sebuah minuman soda
di kantin,
“ga…”
“kenapa?” suara El
ternyata, belum selesai ku menghabiskan minumanku, ku lihat matanya berkaca
kaca
“…..”
“lo kenapa el ?! lo
sakit? ” astaga gua ngomong apa barusan, “lo sakit?” sejak kapan gua peduli
sama ini cewek, fikirku dalam hati
“lo janji ya… jangan
bilang ini ke orang-orang”
“mending kita duduk
ditaman, dikantin banyak orang ga enak gua disangka yang buat lo nangis”
Aku melihat El tertawa
kecil di sela tangisnya yang semakin terdengar samar. Dan tidak sengaja aku
menatapnya lebih dalam lagi. lagi…
*taman*
“lo kenapa?”
“lo tau ga dir, kenapa
bunga bunga ditaman itu berwarna warni?”
“ya karna waktu nanemnya
bibit bunganya beda bedalah”
“Pikiran lo pendek banget
sih dir, ga tau arti kiasaan ya!” kata El sambil tertawa
kali ini tawanya berbeda,
terlihat ketulusan dan kelembutan yang terkandung dalam tawa kecilnya .
dan astaga entah perasaan
apa ini, ada sesuatu yang berbeda saat melihat El tersenyum, seperti getaran
sejuk aneh yang mendesir dalam hati……. ah sudahlah
“bukan ga, mereka
berwarna warni karna tuhan mentakdirkan mereka hidup berdampingan dengan warna
warna yang indah”
“hm… terus hubungan sama
yang lo tangisin?”
“gue nangis karna… ehm
gue ga nangis, gue cuma sedih dan hmm..”
“dan?”
“……….eh! liat deh bungan
mawar itu! ya ternyata gue ga bisa hidup kaya bunga bunga itu,
bewarna-warni, berdampingan, mereka indah karena mereka hidup bersama sama,
mereka saling mengisi, dan smua kelihatan indah karna saling mengisi kekurangan”
“maksud lo el?”
“pernah gak sih lo
memposisikan diri lo sebagai bunga… hmm bunga mawar deh contohnya, dia indah
tapi berduri. durinya itu melindungi dia agar tidak semua orang dapat
menyentuhnya, dia berbeda.. untuk mendapatkan bunga itu bahkan seseorang harus
terluka dulu karna durinya……”
El menatapku lama, dengan
tampang datarnya dan sesekali menggariskan senyum kecil diwajahnya, tanpa sadar
aku menatapnya lama, tanpa sadar……..
“dir?”
El memanggilku
pelan, dan aku terhenyuk dan kembali sadar, ya tuhan… aku menatapnya lagi!
“eh hmm.. enggalah, gua
ga suka jadi bunga”
“terus lo sukanya jadi
apa?” nada bicara El sedikit penasaran
“jadi gua. tanpa ada kata
“andai” jadi siapa dibelakangnya”
El terdiam, tiba tiba
segalanya hening, El sempat menatapku lama, aku menyadari dia menatapku tapi
aku enggan menoleh. Ia akhirnya memalingkan wajahnya melihat bunga-bunga disana
lagi, untuk sekedar memperhatikan bunga itu atau… bisa jadi ia sedang
mengalihkan perhatiannya untuk mencerna kata-kataku barusan.
Kami terdiam cukup lama.
Entah apa yang salah dengan kata kataku barusan hingga Elquera itu menutup
mulutnya rapat. Aku memecah keheningan dan memberanikan diri bertanya
masalahnya.
“Sorry El, ada yang salah
sama kata-kata gua barusan?”
“oh.. engga kok dir..hehe
gapapa kok”
“Lo gapapa kan? gua mau
balik, nih..” Kataku sambil menyodorkan sebungkus jelly candy.
El menerima jelly
candynya dengan tatapan sedikit kebingungan dan kulihat dari mata beningnya tak
ada lagi air mata yang ia teteskan. syukurlah.. untuk yang pertama kali aku
bisa memikirkan orang lain lagi selain diriku.
Akhirnya..
***
“Thank
you for your kindness yesterday. Finally, I can see something without using my
eyes”
Surat kecil itu terletak
diatas meja kelasku bersama sekotak bekal, aku membacanya berulang-ulang… Ah
tidak salah lagi ini adalah El.
Aku membuka kotak bekal
itu, dan isinya adalah nasi goreng dengan sosis dan baso yang dipotong
kecil-kecil.. cara yang manis untuk berterimakasih rupanya. Dan sekali lagi
tanpa sadar, aku mengulum senyum.
*To be continued*