;http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/sweden.gif Nurlailie Zhafirah: 2014

Rabu, 04 Juni 2014

LEG NAY MERU-El-quera




Mempunyai ikatan didalam ruangan kecil yang sebagian orang menyebutnya “kelas” ini membuat ku semakin tertekan, satu tahun aku disini, di kelas ini, diskolah ini dan di bangku reot pojok kiri paling depan ini… Sialnya aku terjebak di kursi paling depan, sebagai anak pindahan aku tidak mempunyai banyak pilihan dan waktu untuk mempersalahkan hal kecil semacam ini, yang ku lakukakan? menjadikan tempat duduk ku zona pribadi ternyaman buatku . ya. setidaknya aku punya tempat untuk merasa nyaman.
Selain tempat duduk? tidak ada yang aku sukai dari sekolah ini.

Teman temannya? terdengar lucu sekali, mereka semua memuakkan, mereka lebih suka menggunakan topeng saat berkomunikasi, hidup mereka seperti drama… iya drama dan sialnya, aku hidup dilingkungan orang orang yang bangga dengan topengnya

Percuma aku menuntut pindah, disekolah yang baru aku rasa akan sama saja, tidak ada yang istimewa, dan aku yakin papa dan mama tidak akan mendengarkan, lebih tepatnya tidak akan peduli.

Aku pindah di sekolah ini satu tahun yang lalu, saat Ibu memacari pria muda dan kabur dari rumah, saat papa mengahabiskan uangnya untuk membayar wanita-wanita muda untuk menemani hatinya yang sepi.
Yayaya… hancurnya kisah cinta orang tuaku. Itu adalah salah satu alasan mengapa aku tidak akan pernah percaya “cinta” . Bagiku, cinta tidak pernah ada.

Mengapa semua orang repot saling mencintai kalau akhirnya cinta itu bisa pudar, bisa kadarluarsa dan akhirnya berujung perceraian. Klasik.

 Aku memutuskan untuk bertahan di sekolah ini, entah apa itu alasan terkuat kenapa aku mau bertahan, aneh sekali.. aneh, aneh seperti sekolah ini dan orang-orang yang menghuninya..
Tinggal enam bulan aku berada diskolah ini, senang rasanya bisa terbebas dari jeruji besi yang mereka sebut sekolah. Mereka bilang masa putih abu-abu adalah masa terindah. Rupanya itu tidak berlaku untukku.

Rutinitasku di sekolah? Aku hanya sibuk bermain dengan handphone di bangku zona nyamanku mendengarkan musik rock sekencang-kencangnya menggunakan earphone dan memakan berbungkus bungkus jelly candy yang selalu aku bawa dari rumah, no one will disturb me, I bet.

Tapi, hentakkan kakimu membuat konsentrasiku terganggu
kau berlalu lalang didepan ku semaunya saat aku menikmati ketenangan yang tidak aku dapatkan dirumah.

Dasar wanita aneh, fikirku
lamunanku seketika sirna, saat ku dengar saat ada orang yang meneriaki ku
“halo? budek ya? gue mau lewat! dan lo nutupin jalan gue untuk masuk kelas….”
astaga ini cewek mulutnya bawel bener, dalam hati ku berbisik.
Tanpa berkata apapun aku langsung meninggalkan wanita itu, karena malas meladeninnya
dan bodohnya aku baru menyadari bahwa wanita itu teman sekelasku, namanya El.
Elquera. 

Cewek aneh, yang bawel, galak, jutek, sinis.. idiw ga ada bagus bagusnya kalo dipikir pikir
aku terus berjalan dan entah sengaja atau tidak, aku menabrak bahu cewek aneh itu sampai dia terjatuh.
“mau lo apa sih dir? lo dendam sama gue, iya? tadi lo nutupin jalan, sekarang lo nabrak gue sampe jatoh!  lo jadi cowok kok nyebelin banget”
“sorry……” kataku sambil bergegas menuju pintu kelas dan. meninggalkan Elquera yang masih bengong mencerna kata kataku dan aku berbalik lagi untuk menyelesaikan kata kataku saat El masih berdiam dengan polosnya.
“lagian itu badan apa kapas, disenggol dikit langsung terbang..” kataku tanpa ekspresi dan langsung buru buru meninggalkan kelas.

Ku dengar El berteriak di belakangku, entah apa yang dia katakan, kedua telingaku sudah tergantung earphone dengan lagu yang kuputar dengan volume cukup keras

Kau membuat hidupku berantakkan, sejak kita dipertemukan hidupku seolah tidak lagi tertata.
Suasana kelas terasa memuakkan semenjak  kau duduk disebrang barisan, pandangku selalu tidak sengaja tertuju, entahlah.. akhir-akhir ini fokusku sering terbagi karena….. ah tidak mungkin.
Kau aneh el, aneh.
“dirga! dirga I talking with you, god!”suara Vera mengisi seluruh lorong sekolah di depan kelas.
Aku tidak menyadari sedari tadi Vera berbicara padaku, entah dari kapan tiba-tiba dia sudah disampingku sambil merangkul tanganku. Vera wanita tercantik disekolah kata mereka, menurutku biasa saja, dia seperti mereka, tidak berbeda, dan aku tidak tertarik sama sekali walaupun ia terus ingin berada disampingku.Aku selalu menghindarinya karena menurutku, ia terlalu berisik. Dan terlalu "sama".
“sorry ver, gua buru-buru....” sambil melepaskan tangannya dari tanganku dan bergegas kembali ke kelas
“ga! dirga tunggu! gue belum selesai ngomong!”

Vera terus saja berteriak, tapi aku tak peduli , aku meninggalkannya dan terus berjalan tanpa sadar kembali ke kelas, namun tanpa sengaja tatapku tertuju pada tempat duduk kedua disebrang pintu itu, 
ah El! aku cukup lama memperhatikannya dalam detik, begitu  ku tersadar, aku masih saja tidak mengerti… sejak kapan seorang freak girl seperti Elquera bisa sukses menyita tatapanku?

aku mengurungkan niat untuk masuk ke dalam kelas, dan memustuskan untuk membeli sebuah minuman soda di kantin,
“ga…”
“kenapa?” suara El ternyata, belum selesai ku menghabiskan minumanku, ku lihat matanya berkaca kaca
“…..”
“lo kenapa el ?! lo sakit? ” astaga gua ngomong apa barusan, “lo sakit?” sejak kapan gua peduli sama ini cewek, fikirku dalam hati
“lo janji ya… jangan bilang ini ke orang-orang”
“mending kita duduk ditaman, dikantin banyak orang ga enak gua disangka yang buat lo nangis”
Aku melihat El tertawa kecil di sela tangisnya yang semakin terdengar samar. Dan tidak sengaja aku menatapnya lebih dalam lagi. lagi…

*taman*

“lo kenapa?”
“lo tau ga dir, kenapa bunga bunga ditaman itu berwarna warni?”
“ya karna waktu nanemnya bibit bunganya beda bedalah”
“Pikiran lo pendek banget sih dir, ga tau arti kiasaan ya!” kata El sambil tertawa
kali ini tawanya berbeda, terlihat ketulusan dan kelembutan yang terkandung dalam tawa kecilnya.
dan astaga entah perasaan apa ini, ada sesuatu yang berbeda saat melihat El tersenyum, seperti getaran sejuk aneh yang mendesir dalam hati……. ah sudahlah
“bukan ga, mereka berwarna warni karna tuhan mentakdirkan mereka hidup berdampingan dengan warna warna yang indah”
“hm… terus hubungan sama yang lo tangisin?”
“gue nangis karna… ehm gue ga nangis, gue cuma sedih dan hmm..”
“dan?”
“……….eh! liat deh bungan mawar itu! ya  ternyata gue ga bisa hidup kaya bunga bunga itu, bewarna-warni, berdampingan, mereka indah karena mereka hidup bersama sama, mereka saling mengisi, dan smua kelihatan indah karna saling mengisi kekurangan”
“maksud lo el?”
“pernah gak sih lo memposisikan diri lo sebagai bunga… hmm bunga mawar deh contohnya, dia indah tapi berduri. durinya itu melindungi dia agar tidak semua orang dapat menyentuhnya, dia berbeda.. untuk mendapatkan bunga itu bahkan seseorang harus terluka dulu karna durinya……”

El menatapku lama, dengan tampang datarnya dan sesekali menggariskan senyum kecil diwajahnya, tanpa sadar aku menatapnya lama, tanpa sadar……..
“dir?”
El  memanggilku pelan, dan aku terhenyuk dan kembali sadar, ya tuhan… aku menatapnya lagi!
“eh hmm.. enggalah, gua ga suka jadi bunga”
“terus lo sukanya jadi apa?” nada bicara El sedikit penasaran
“jadi gua. tanpa ada kata “andai” jadi siapa dibelakangnya”

El terdiam, tiba tiba segalanya hening, El sempat menatapku lama, aku menyadari dia menatapku tapi aku enggan menoleh. Ia akhirnya memalingkan wajahnya melihat bunga-bunga disana lagi, untuk sekedar memperhatikan bunga itu atau… bisa jadi ia sedang  mengalihkan perhatiannya untuk mencerna kata-kataku barusan.

Kami terdiam cukup lama. Entah apa yang salah dengan kata kataku barusan hingga Elquera itu menutup mulutnya rapat. Aku memecah keheningan dan memberanikan diri bertanya masalahnya.
“Sorry El, ada yang salah sama kata-kata gua barusan?”
“oh.. engga kok dir..hehe gapapa kok”
“Lo gapapa kan? gua mau balik, nih..” Kataku sambil menyodorkan sebungkus jelly candy.
El menerima jelly candynya dengan tatapan sedikit kebingungan dan kulihat dari mata beningnya tak ada lagi air mata yang ia teteskan. syukurlah.. untuk yang pertama kali aku bisa memikirkan orang lain lagi selain diriku.
Akhirnya..

***

“Thank you for your kindness yesterday. Finally, I can see something without using my eyes”

Surat kecil itu terletak diatas meja kelasku bersama sekotak bekal, aku membacanya berulang-ulang… Ah tidak salah lagi ini adalah El.
Aku membuka kotak bekal itu, dan isinya adalah nasi goreng dengan sosis dan baso yang dipotong kecil-kecil.. cara yang manis untuk berterimakasih rupanya. Dan sekali lagi tanpa sadar, aku mengulum senyum.

*To be continued*



Sabtu, 31 Mei 2014

Seruncing serpihan kaca


Serpihan serpihan runcing dari kaca itu mulai menata dirinya. Tak berharap apapun pada siapapun. Ia takut serpihannya yang runcing akan melukai tangan lembut orang lain yang hendak menyentuhnya, untuk membantunya merangkai serpihan menjadi kaca yang utuh.Ia hanya ingin kembali dan tak mau menjadi "serpihan" lagi. Ia ingin kembali utuh menjalani semua selayaknya tak pernah ada hal yang buruk yang menampar hidupnya.

Ia menata lagi, dan lagi.


Dia berharap tak pernah jadi serpihan, dia lebih memilih jika dipatahkan menjadi dua bagian. Karena sulit menata serpihan. Serpihan kaca itu tak akan pernah bisa menjadi kaca yang “utuh” kembali. Ia bisa tertata namun rapuh, dan bahkan dapat kembali hancur. Padahal jika hanya patah, ia tidak terlalu sulit untuk menyambung kedua bagian yang patah itu menjadi satu kesatuan, ia hanya rapuh ditengah bagian yang patah, tidak disemua bagian.

Dia bertanya pada dirinya sendri: Apalah arti menyesali semuanya, tanpa berbuat apa apa? Dan ia menasehati dirinya sendiri: boleh bersedih namun jangan berlarut, boleh terjatuh tapi harus bangkit.

Rupanya ia sudah menyadari.. Rupanya ia ingin kembali.

Ia memaki diri sendiri. Membakar semangatnya lagi yang dulu telah tenggelam karena keputus asaan dan kesedihan yang tak berujung.


Ikhlas memang tak semudah kedengarannya, lagipula apa salahnya mencoba walaupun berat dan banyak orang yang meragukannya?


Meski mereka bilang “tak mungkin” apa salahnya mencoba kembali menata serpihan kaca menjadi keca yang utuh lagi? Tak pernah akan tau bisa atau tidak bila terlalu pengecut untuk sekedar mencoba. Mungkin memang kaca itu akan “rapuh” tak sebaik dulu, namun…tak perlu takut jika ada yang ingin menghancurkannya lagi, sebab kaca itu tak bisa di hancurkan lagi karena ia sudah menjadi “serpihan”


Selalu ada pelangi dibalik hujan, percayalah..


Walaupun awan menyembunyikan mentari dan menggantinya dengan petir disiang mendung.

Tugasmu hanyalah percaya. Percaya bahwa suatu hari pelangi akan melukis langit lagi. Pasti.



Selasa, 06 Mei 2014

Surat Kecil Untukmu… Ukhti




Assalamu’alaikum

Bagaimana kabar… imanmu hari ini?
Semoga hatimu masih dalam Tuntunan dan Rahmat-Nya

Ukht.. jika kamu selalu murung dan menyesali.. apa yang melandamu saat ini
Mungkinkah kamu disebut sebagia.. hamba-Nya yang kurang bersyukur??

Ukht.. jangan engkau selalu meratapi dan menyesali apa yang telah berlaku dalam hidupmu

Allah punya rencana indah dalam rencana, apa yang kamu alami sudah menjadi Rencana-Nya
Dan diatas rencananya, Allah mempunyai rencana lain untukmu ukhti

“Dan berencanalah kalian. Allah membuat rencana. Dan Allah sebaik-baik perencana” (Al-Imran:54)

CINTA…
Kadang membuat kita lupa akan Kebesaran-Nya.

Taukah kau ukhti..

Cinta yang Hakiki adalah cinta karena-Nya
Jika cinta dalam hatimu datang semata-mata karena-Nya
Engkau pun harus iklas meninggalkan cinta semata-mata karena-Nya

Ukht.. cinta yang suci iu cinta yang tak pernah tersentuh oleh “cinta” sebelum cinta itu menjadi  kehalalan bagi penikmatnya
Sekalipun cinta itu hanya ada dalam kata-kata

Bisa jadi apa yang kamu alami saat ini adalah sebuah teguran sebagai bentuk rasa Cinta-Nya terhadapmu Ulhti.

Mungkin selama ini engkau lupa, bahwa.. apa yang kau jalani bersama seseorang yang engkau kagumi
Bukanlah sebuah tindakan yang di Ridhai-Nya

Dan Allah sedang memberikan petunjuk-Nya kepadamu
“Maka Allah menyesatkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki… “(Qs. Ibrahim:4)

Ukhti mungkin engkau akan bertanya-tanya atas ujian yang melanda hatimu saat ini.. kenapa engkau diuji?

Allah telah menjawabnya dalam Al-qur’an ukht..

“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “kami telah beriman” sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (Qs. Al-Ankabut ayat 2-3)

Dan jika engkau bertanya, Mengapa aku tidak mendapat apa yang aku idam-idamkan?

Allah juga telah menjawabnya dalam Al-Qur’an: “Boleh jadi kamu membeci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (Qs. Al-Baqarah ayat 216)

Bersyukurlah ukhti, karena itu kunci pembuka Rahmat-Nya, Allah sedang mengetuk hatimu, lihatlah bagaimana Allah sangat mencintaimu ukht..

“Aku ingin pulang.. Tunjukkan aku jalan yang lurus” Allah sedang memanggilmu untuk segera kembali ke jalan yang di Ridhai-Nya

Ukhti… sungguh aku mencintaimu karena Allah.. Aku menorehkan pesan ini kepadamu karena Allah

Aku melihat keberadaanmu karena Allah, Dan kita dipertemukan karena Allah, Insya Allah..

“Wassalamu’alaikum yaa ukhti”

Tak usah bersedih, kita pasti bertemu disurga-Nya:)




(sumber: m.vuclip.com) (bukan tulisan pribadi)

Senin, 28 April 2014

Kertas dan pena



Malam ini, aku memutuskan untuk bersantai sejenak mendinginkan pikiran dan hati yang sedari pagi menjerit menuntut haknya untuk beristirahat. Menyingkirkan segala hal yang berhubungan dengan kuliah. Entah itu tugas kuliah, urusan kuliah, buku buku cetak kuliah, organisasi dll.

Tapi aku tidak menyingkirkan sebuah pena dan kertas yang ada diatas tas yang biasa aku pakai untuk kuliah, aku melihat dan akhirnya mengambilnya iba karena mereka terus melambai seakan berbicara padaku :
“kemarilah wahai sayang… bagilah kisahmu diatas badanku, dan sahabatmu, pena,  akan membantumu mewarnai tiap kisahmu dibadanku agar kisahmu ini dapat kekal, dan tidak hilang daripada kau menyimpannya didalam memori ingatanmu yang kian hari makin merapuh. Dan lewat tulisanlah segala yang kau fikirkan terkesan lebih nyata dan hidup”

Hampir seperempat jam aku berfikir, terdiam, dan meratapi sebuah kertas dan pena yang kini sudah ku pindahkan diatas meja belajar bidang yang terletak di pojok kamar. Aku mencoba menulis satu kata namun mengurungkan niat dan meletakkan kembali sebuah pena yang ku genggam seperempat jam tadi ditangan kanan.

Apa yang harus aku tuliskan? aku hanya tidak ingin melakukan apa apa saat ini. Aku berfikir lagi. Lagi lagi aku dipaksa berfikir.
Apakah kertas dan pena ini pernah merasa bosan? atau pernahkah mereka berontak dengan apa yang dikaruniai Tuhan terhadapnya? karna ditakdirkan untuk menjadi sebuah benda? sebuah benda mati yang bahkan kadang manusia tidak benar benar mau menggunakannya secara benar. Kadang diperlakukan tidak layak, dan tidak ada harganya.

Oh, iya… apakah mereka juga punya hati seperti manusia? apa mereka bisa menangis? mereka perlu makan? sharing? tidur? atau mencintai seseorang? apa mereka perlu? atau memang butuh itu semua?

Entah pertanyaan macam apa yang barusan melayang layang dipikiranku.
Entah katagori aneh tingkat berapa seorang aku yang berbicara lewat kertas, berharap kertas menyampaikan kepada pena lewat sapuan semilir angin dan mereka saling berinteraksi untuk menyelesaikan masalah jenuhku yang tidak mendasar.

Kadang berbicara lewat pena dan kertas terkesan lebih baik daripada harus berbicara langsung, kadang kata kata yang dirangkai pena didalam kertas, tersurat lebih menggores makna daripada harus membuka mulut untuk langsung menyampaikan kata.

Akhirnya aku punya sesuatu untuk dituliskan diatas kertas yang sedari tadi setia menungguku membagi kisah untuk menjadi bagian dalam kisahnya.
Akhirnya aku punya sesuatu juga untuk ku sampaikan melalui pena yang sedari tadi meluncurkan kode agar aku segera memegangnya dan seakan berkata “biarkan aku saja yang mewakilimu berbicara”.
Aku menuliskan cerita lama yang kini tidak sengaja kutemukan lewat media modern pengganti buku, yaitu laptop.

Sore tadi, aku melihat sekeliling dan kedua mataku menyorot  sebuah benda di pojok meja kamar yang terletak begitu saja. Aku melabuhkan pilihanku pada laptop berharap ia bisa mengobati jenuhku.
Aku mencari tiap aplikasi aplikasi tak sengaja aku membuka pesan pesan masuk yang ada tersimpan dalam memory card di laptopku.
Aku membacanya satu demi satu berharap tak ada yang terlewat. Kadang aku membaca berkali kali mencoba mengingat apa yang dibicarakan dan bagaimana keadaan saat itu,
Betapa asiknya saat dulu perbincangan yang diangkat dari tema sederhana pun kadang memberi kesan yang membekas.

Bukan hanya sekedar membaca aku juga terhanyut untuk mendalami tiap kata yang tersirat selalu ada makna dalam kata, ya.. memang ada. Ada kalanya saat beberapa pesan yang kubuka begitu menggelitik, membuat ku tak kuasa memecah sunyi ruangan kamar dengan tawa, dan ada pula ketika kutemukan sebuah pesan yang membuat dadaku merasa sesak dan seperti ada sesuatu yang memcekik leherku saat membaca.

Seperti dipaksa kembali mengingat masa dulu,seperti dilempar ke masa lalu.
Aku lupa pernah sedalam itu, atau tepatnya aku lupa pernah sedekat itu
ada rindu yang berpadu dalam diri saat mengingat saat dulu yang begitu hangat, sangat hangat.
Ada rasa bersalah yang menyerang bertubi tubi disaat yang sama begitu merindu.
entah aku yang salah atau mereka yang belum bisa paham…

Saat aku menyadari, itu hanyalah sebuah pesan dulu, yang masih tersimpan. Hanya pesan. Dan orang-orang yang mengirim pesan itu telah memilih pergi satu persatu. Mungkin salah satunya karena dinginnya sikapku atau egoku yang membuat mereka pergi
Ataukah ketakutan ku? aku tau tapi aku takut.
Mungkin salah satu alasan kenapa terus bermain dalam zona nyaman adalah karena aku terlalu takut.

Aku takut memuja makhluk ciptaan-Nya lebih dari memuja-Nya aku takut menduakan cinta-Nya. sangat takut. Aku takut membuatnya cemburu, aku takut melukai hati-Nya.
Kadang aku memerlukan tuntunan, aku perlu seseorang yang bisa mengajakku mencintai-Nya bersama sama dengan caranya sendiri. Dan memerlukan seseorang yang setiap aku melihatnya aku ingat kepada-Mu, aku selalu taat kepada-Mu. Tidak mengabaikan perintah-Mu dan kewajiban ku sebagai seorang muslimah.

Aku pernah menemukannya, menemukan sosok seperti itu. Namun akhirnya pergi, karna mungkin terlalu lama dan ia memilih singgah kelain rumah. Hati yang biasa kusebut rumah.
Namun ada seseorang yang biasa, bahkan ketika shalat pun masih sering tertinggal, dunianya bukan duniaku. Kebiasaannya bukan kebiasaanku. Aku telah menjelaskan prinsipku.
Namun ia masih tinggal, untuk sekedar bersahabat, mungkin itu yang kita sepakati sekarang, 
Namun nyamanku sudah menjadi miliknya entah dari kapan. Dan aku berusaha menutupinya.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimuAllah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” Qs. Al-Baqarah : 216

Kertas itu sudah penuh dengan goretan huruf yang kutuangkan didalamnya, ada sesuatu hal yang terlepas dari fikiran dan hati kecilku saat aku menuliskan, tidak lagi merasa sesak atau pun gelisah.
Kulihat kertas itu sedikit berair, apa dia menangis mengetahui kisahku saat kutulis diatas badannya?

Begitupun pena, tintanya semakin berkurang ketebalannya. Apa dia tidak tega mendengar kelanjutan kisahnya?
bahkan kertas dan pena mengerti. Dan tentu Ia-Iah yang paling mengerti, saat lantai dan sajadah menjadi saksi ku mengadu tiap malam panjang di sepertiga malam.
Keraguan akan muhabbah masih tetap ada namun lebih berserah kepada sang pencipta muhabbah dan selalu berhusnuzon, bahwa tak ada keraguan ketika Ia telah menggariskan, mentakdirkan, ketika telah saatnya.. muhabbah pasti datang dengan cara yang tidak dapat diduga.


Selasa, 07 Januari 2014

Lebih dari sekedar..


Ada sesuatu yang lebih sulit dikatakan daripada kata
Sulit di suratkan daripada sekedar tulisan
Sulit dijabarkan daripada soal matematika

Ini bukan sesuatu yang mudah untuk disentuh
Tidak mudah pula untuk di rasa apalagi diraih
Karna, ada kehangatan yang menusuk saat merasa
Terdiam tanpa kata

Tidak semua orang memilikinya, hanya orang-orang yang mau “percaya”
Percaya pada.. ada kekuatan yang bisa menjadi penyembuh luka dan sakit tanpa obat
Kekuatan yang menjadikan si lemah menjadi kuat
Si kuat menjadi lemah
Si pintar menjadi bodoh
Dan si bodoh menjadi pintar

Dia punya mata, tapi tak hanya melihat dengan mata
iya! dia juga punya telinga, tapi dia tak hanya mendengar lewat telinga
Karena kekuatan itu lebih besar daripada apa yang dilihat, apa yang didengar
Kekuatan yang mengalahkan logika
Mengalahkan rasa lelah memberi tanpa mengharap balas
Dan, iklas tanpa merasa sakit.
Dia tak berwujud, namun ada.

Dia adalah cinta..

Cinta..
Hanya menghampiri orang-orang yang masih ingin percaya
Masih ingin memaafkan saat terkhianati
Masih ingin bangkit saat terpuruk
Masih ingin percaya saat dibohongi
Masih ingin.. masih mau..

Oh cinta… begitu banyak penafsiran tentangmu
Dan yang aku tahu hanya..
Kau lebih dari anugrah
Anugrah yang diberikan Tuhan sebagai fitrah seorang manusia.
Yang harus dijaga, dijaga dan dijaga..

Kau lebih dari sekedar kata
Dan aku pun percayaya bahwa...
Semua orang pasti mengerti rasanya, saat mereka “memilikinya juga”