Tulisan ini ku persembahkan untuk semua orang yang terlanjur terluka, oleh seseorang yang patah hatinya.
Jangan datang jika akhirnya aku hanyalah sebuah persinggahan.
Jangan datang jika akhirnya aku hanyalah sebuah persinggahan.
Dan jangan pernah datang
jika kau akhirnya berniat untuk pergi kembali.
Tolong, jangan datang
jika niatmu hanya untuk menggores luka lama.
Dulu, ya dulu…
Dulu adalah kamu.
Kamu yang seakan seperti penolongku
dikala aku terjatuh.
Sebagai pelindung disaat
aku terasa sendirian, sebagai penghangat disaat hatiku mulai membeku.
Kau hadir membawa warna
baru.
Kau hadir mengenalkan
cinta yang putih.
Yaitu cinta yang tak
satupun orang yang rela menodai suci lahirnya.
Kini kamu bukanlah kamu.
Kamu berbeda.
Entah apa yang membuatku
terbangun dari mimpi yang tiada akhir, tiada ujung, dan tiada tujuan ini.
Wanita mana yang rela
hanya dijadikan sebuah persinggahan, sayang?
Wanita mana?
Wanita mana yang ikhlas
hanya dijadikan sebuah mainan disaat kau jenuh?
Wanita mana?
Dan wanita mana yang rela
pujaan hatinya membagi hati dengan mudahnya?
Wanita mana?
Aku terlalu lelah
berharap.
Aku tidak lelah menunggu,
asal kau tau.
Asalkan yang ku tunggu
jelas adanya, dan tau kapan harus pulang.
Tapi jika apa yang aku
tunggu tak kunjung datang, apakah aku harus terus menunggunya datang?
Sampai berapa lama?
Kamu tak pernah memberi
kejelasan, memberi kejelasan bahwa harus berapa lama aku menunggu kamu pulang.
Kamu tak memberikan itu
kan?
Seakan aku suka menunggu,
seakan aku tak merasakan apa apa saat kau pergi, dan seakan aku....
Tak bisa merasakan
sakitnya tergantikan.
Aku terlalu takut sendirian.
Aku juga takut dicapakkan.
Aku takut suatu saat
terlalu cinta, terlalu sayang hingga berani menggantung harapan yang terlalu
dalam dan pada akhirnya akan tetap sama, yaitu kamu kecewakan aku lagi, lagi.
Sekarang aku mengerti,
sekarang aku mulai memahami.
Bahwa aku bukanlah tujuan akhir dari perjalanan cintamu yang panjang dan berliku.
Bahwa aku bukanlah tujuan akhir dari perjalanan cintamu yang panjang dan berliku.
Aku adalah sebuah persinggahan
dimana kamu dapat sesukanya singgah dan pergi.
Memberi dan membagi hati,
tak semudah itu.
Cinta tak sebercanda itu.
Kau aggap aku mainan,
Kau anggap kenangan kita
dalah angan.
Terimakasih telah
menyadarkan wanita ini bahwa ia hanyalah persinggahan, bukan sebuah tujuan.
Kau tau? hatiku sudah
patah, dan sekarang kau ingin membuatnya hancur menjadi kepingan?
Apa kau punya hati?
Apa kau pernah merasakan
rasanya menguatkan diri mengumpulkan kepingan kepingan hatimu sendirian,
pernahkah?
Berpindah hati tak
semudah kedengarannya, wahai pria
Karna aku bukan seorang
pemain yang dengan mudahnya memberi hati ke semua orang seakan aku haus akan
cinta, bukan!
Aku hanya merindukan
“kita” yang dulu.
“kita” yang kini hanya
tinggal “aku” tak ada lagi “kita” yang ada “kamu dan dia”
Jika memang aku harus
melepasmu… berjanjilah padaku… jangan kembali lagi jika suatu saat aku berhasil
menemukan pengganti, yang menjadikan ku sebagai tujuan akhir, dan bukan sebuah
persinggahan diujung jalan.
Berjanjilah, agar aku dapat
berhenti menunggu sesuatu yang tidak bisa digapai, dan tidak dapat disentuh.
Berjanjilah, sayang.
Berjanjilah atas nama kamu
dan pendampingmu yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar