;http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/sweden.gif Nurlailie Zhafirah: Juli 2013

Rabu, 31 Juli 2013

Broken Home



Tulisan ini terinspirasi dari orang terdekat yang mengalaminya, tulisan ini ku persembahkan untuk saudara-saudaraku, sahabatku, temanku, adik, dan kakak seperjuangan. Tulisan ini juga Aku persembahkan untuk para orang tua yang memikul beban sendirian.

Aku terlalu sayang kepadanya, kepada semua orang yang mengalami broken home dari kecil.

Dia anak yang pintar, dulunya dia adalah anak yang patuh, dulunya dia sangat mencintai kedua orangtuanya, kakaknya dan keluarganya.
Dulunya ia sangat kreatif, merupakan sosok seorang pemimpin yang pemberani membela yang lemah.
Dulunya dia sangat periang, dulunya dia ramah, dan dulunya ia tak pernah lupa akan tuhan.
Dulu dia adalah orang yang takut akan tuhan, yang menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.


Aku menyaksikan sendiri perubahannya, dari kecil aku dan dia teman bermain.


Sekarang dia tetap mencintai kedua orang tuanya. Tapi dia menyayangi keluarganya dengan cara yang berbeda, dengan cara yang kadang orang lain tidak bisa terima, aku pun kadang miris melihatnya.Kadang bantahan yang keluar dari mulutnya adalah hal yang biasa di dengar oleh ibu atau ayahnya.
Sekarang dia adalah orang yang keras hatinya, sukar diberi masukan dan sukar dinasihati. Dia terlalu lelah mendengarkan, karna dia butuh didengar dan tak ada satu orang pun yang mampu membaca jeritan hati yang tergambar jelas dari kedua bola matanya.

Sekarang dia tetap orang yang pemberani, berani bila ada keributan di kalangan teman temannya dia berdiri paling depan, bermain kasar dan menyampingkan berfikir secara rasional, mungkin kita menyebutnya…. pergaulan yang tidak sehat.
Sekarang dia sama, seorang yang tak lupa akan tuhan, iya… hanya mengingat tak melupakan tuhan tapi tidak mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya, mengabaikan panggilan solat.
Sekarang dia tetap pintar, iya.. pintar menjawabi dan menentang keras semua nasihat orang yang ditujukan padanya.
Sekarang dia suka menjalani hobi barunya, yaitu menjalankan larangan-Nya, dan menjauhi perintah-Nya.


Salahkah dia? salahkah orang tuanya? atau… salahkah kita? siapa yang berhak disalahkan?


Tuhan, aku tak mampu melihatnya...
Setiap kali melihat wajahnya, ada luka baru yang tergores dihatiku, ada kesedihan dibalik goresan senyumku, ada sesuatu yang ingin ku perbuat dan aku selalu ingin didekatnya sambil berkata “kamu akan baik-baik saja.”
Aku ingin bilang, tapi setiap aku melihat wajahnya, mulutku seakan terkunci rapat. Tak bisa menuturkan kata dikala hati sudah menjerit karna kepedihan yang ia rasa.
Aku hanya melihatnya, tapi aku begitu terluka. Aku menyayanginya dan semua orang yang sepertinya, Tuhan. Tapi kadang, semua telah berubah, berubah dan tak akan lagi sama.
Aku menyayanginya dengan cara yang sama, rasa sayangku tak berubah sedikitpun, aku menyayanginya seperti aku menyayangi adikku.
Dia memang adikku, dari ibu dan ayah yang berbeda tentunya.


Dia memang orang yang sama. tapi hatinya, tingkahnya, sifatnya, tutur katanya, tak lagi sama.
Tutur katanya tak lagi sehalus dulu, tak lagi merendahkan suaranya saat berbicara, dia lebih suka berteriak.
Aku mengerti, tapi aku tak bisa melakukan apa-apa, aku hanya bisa terdiam dengan bodoh menyaksikan sendiri kesedihannya yang terkunci rapat dibalik ketegaran yang dia perlihatkan.

Bukan salah dia sepenuhnya, dia hanyalah seorang korban, korban dari perceraian kedua orang tuanya.

Satu kata yang lagi lagi mengiris hati saat dia bilang kepada ibunya pagi tadi “waktu mama sama papa masih nyatu aku ga kaya gini kan, salah siapa?”
Dia menyalahkan orang tuanya dibalik tingkah buruknya, dan orang tuanya hanya mampu menanggung sedih yang sangat dalam, terutama ibunya. Ada sakit hati dibalik keteduhan wajahnya, ada kerinduan kepada anak anaknya dibalik kuat raganya, dan ada tangis yang sekuat mungkin ia tahan dibalik senyum paksanya.

Ini juga bukan sepenuhnya salah orang tuanya. Suami dan istri mana yang mau rumah tangganya hancur? seorang ibu dan ayah yang mana yang mau tinggal berpisah dengan anak anaknya? Tidak sepenuhnya salah mereka, bukan mau mereka, bukan rencana mereka, semua rencana Tuhan.

Dan bukan berarti ini bukan salah kita. Ketika semua orang terdekat darinya menjauh, kita tak boleh menjauh. Seharusnya.
Ketika perhatian dari ibu dan ayahnya telah hilang, disini peran kita untuk memberikan perhatian.
Ketika perlindungan yang dulu ia dapatkan dari kedua orangnya sirna, kitalah yang berperan sebagai pelindung.
Kadang tingkah seseorang anak yang mengalami broken home sulit di arahkan karna… Hatinya mulai mengeras.
Mereka butuh didengar, mereka berprilaku menyimpang karena pelampiasan atas masalah yang dialami keluarganya.
Mereka sebenarnya anak yang baik, tapi karna kerasnya kehidupan dan masalah berat yang menimpanya adalah salah satu alasan mengapa dia-harus-berubah.

Tuhan, jagalah dia dan orang orang seperti dia yang menjadi korban kekejaman kehidupan, lindungi mereka dimana pun mereka berada, kasihi mereka tuh kasihilah mereka. melebihi kasih kedua orang tuanya padanya, kuatkan hatinya, dan berikan petunjuk kepada mereka, agar mereka tetap dijalanmu, jalan orang orang yang beruntung dan bukan termasuk orang orang yang merugi.

Memang tidak semua anak yang mengalami broken home menjadi seperti dia. Kadang bisa lebih beruntung, kadang bisa juga lebih tidak beruntung.
Tapi aku yakin walaupun perilaku mereka tidak sama, tapi masalah yang mereka alami sama.

Tulisan ini kutulis dengan segenap kerinduan pada masa kecil kita dulu untuk kamu, aku, dan mereka, yang begitu indah, tak ada beban, yang ada hanyalah ramainya tawa kita, yang sekarang mulai pudar dan menua.


Rabu, 24 Juli 2013

Sebuah persinggahan di ujung jalan




Tulisan ini ku persembahkan untuk semua orang yang terlanjur terluka, oleh seseorang yang patah hatinya.

Jangan datang jika akhirnya aku hanyalah sebuah persinggahan.
Dan jangan pernah datang jika kau akhirnya berniat untuk pergi kembali.
Tolong, jangan datang jika niatmu hanya untuk menggores luka lama.

Dulu, ya dulu…
Dulu adalah kamu.
Kamu yang seakan seperti penolongku dikala aku terjatuh.
Sebagai pelindung disaat aku terasa sendirian, sebagai penghangat disaat hatiku mulai membeku.

Kau hadir membawa warna baru.
Kau hadir mengenalkan cinta yang putih.
Yaitu cinta yang tak satupun orang yang rela menodai suci lahirnya.

Kini kamu bukanlah kamu. 
Kamu berbeda.

Entah apa yang membuatku terbangun dari mimpi yang tiada akhir, tiada ujung, dan tiada tujuan ini.

Wanita mana yang rela hanya dijadikan sebuah persinggahan, sayang?
Wanita mana?
Wanita mana yang ikhlas hanya dijadikan sebuah mainan disaat kau jenuh?
Wanita mana?
Dan wanita mana yang rela pujaan hatinya membagi hati dengan mudahnya?
Wanita mana?

Aku terlalu lelah berharap.
Aku tidak lelah menunggu, asal kau tau.
Asalkan yang ku tunggu jelas adanya, dan tau kapan harus pulang.

Tapi jika apa yang aku tunggu tak kunjung datang, apakah aku harus terus menunggunya datang?
Sampai berapa lama?
Kamu tak pernah memberi kejelasan, memberi kejelasan bahwa harus berapa lama aku menunggu kamu pulang.

Kamu tak memberikan itu kan?
Seakan aku suka menunggu, seakan aku tak merasakan apa apa saat kau pergi, dan seakan aku....
Tak bisa merasakan sakitnya tergantikan.

Aku terlalu takut sendirian.
Aku juga takut dicapakkan.
Aku takut suatu saat terlalu cinta, terlalu sayang hingga berani menggantung harapan yang terlalu dalam dan pada akhirnya akan tetap sama, yaitu kamu kecewakan aku lagi, lagi.

Sekarang aku mengerti, sekarang aku mulai memahami. 
Bahwa aku bukanlah tujuan akhir dari perjalanan cintamu yang panjang dan berliku.
Aku adalah sebuah persinggahan dimana kamu dapat sesukanya singgah dan pergi.
Memberi dan membagi hati, tak semudah itu.
Cinta tak sebercanda itu.

Kau aggap aku mainan,
Kau anggap kenangan kita dalah angan.
Terimakasih telah menyadarkan wanita ini bahwa ia hanyalah persinggahan, bukan sebuah tujuan.

Kau tau? hatiku sudah patah, dan sekarang kau ingin membuatnya hancur menjadi kepingan?
Apa kau punya hati?
Apa kau pernah merasakan rasanya menguatkan diri mengumpulkan kepingan kepingan hatimu sendirian, pernahkah?

Berpindah hati  tak semudah kedengarannya, wahai pria
Karna aku bukan seorang pemain yang dengan mudahnya memberi hati ke semua orang seakan aku haus akan cinta, bukan!

Aku hanya merindukan “kita” yang dulu.
“kita” yang kini hanya tinggal “aku” tak ada lagi “kita” yang ada “kamu dan dia”

Jika memang aku harus melepasmu… berjanjilah padaku… jangan kembali lagi jika suatu saat aku berhasil menemukan pengganti, yang menjadikan ku sebagai tujuan akhir, dan bukan sebuah persinggahan diujung jalan.

Berjanjilah, agar aku dapat berhenti menunggu sesuatu yang tidak bisa digapai, dan tidak dapat disentuh.
Berjanjilah, sayang.
Berjanjilah atas nama kamu dan pendampingmu yang baru.


Rabu, 17 Juli 2013

Seperti secarik kertas yang tersisihkan





Pagi ini… mimpi itu memaksaku untuk harus terbangun.. untuk berani menatap wajah dunia nyata, tanpa terus berangan...


Ini bukan mimpi tentangmu, tapi entahlah.. orang yang pertama ku fikirkan setelah bangun, mengapa terbesit namamu? aku tidak mengerti… sayangnya, aku memang tidak akan pernah bisa mengerti..


Pagi ini, aku seperti anak remaja lain yang biasanya berubah menjadi stalker. aku benci kenapa harus menjadi seperti ini, keterganrtungan atas hausnya mendengar kabarmu, bukan bukan…. hanya sekedar ingin mengetahui keadaanmu, lewat dunia dimana ada orang yang memperhatikan tingkahmu dalam diam, dunia dimana ada orang yang rindu mengetahui kabarmu, dunia dimana semua… dilakukan dalam diam, dunia maya.


Iya… pagi ini juga kamu benar benar membuat mata hatiku mengerti, mengerti kalau…. ternyata kita memang hanya berteman, ternyata rasamu bukan untuk ku lagi dan ternyata rasaku... semakin dalam, dan sakitnya aku memang harus menyadari.. kita memang benar benar selesai… selesai sebelum pernah dimulai.

Aku tidak akan menangis, kamu… tidak usah khawatir, bukan bukan… dan bahkan kamu tidak usah mencoba untuk bisa khawatir.

Aku memang salah semuanya ku simpulkan sendiri, seakan kamu mempunyai rasa yang sama… seakan kamu hanya menyimpan namaku dalam relung hatimu dan seakan… namaku terlalu terselip dalam doamu, seperti yang kulakukan disetiap sujud dihariku, selalu terselip namamu.

Bahkan semua hanya… seperti deburan ribuan debu di kaca, yang memang harus dihapus… seperti kamu, yang telah lama menjadikanku debu dikaca.


Demi tuhan, ini salahku… yang tak pernah bisa menggantikan namamu dalam asa, tak pernah tega menghapus namamu dalam doa, dan tak pernah rela menggeser namamu dalam hati yang sekarang jadi kepingan.

Otak ku berkecamuk, ingin rasanya meletupkan amarah, dan kesedihan yang mendalam, tapi sayang… kepada siapa? hanya tuhan yang mengerti rasa sakitnya, dan yang lain hanya terdiam tanpa melakukan apa apa.

Dia siapa? kata itu yang sangat ingin ku tanyakan, hanya kata itu yang bisa membuat hatiku tercabik… lagi. Memangnya aku siapa? lagi lagi kata itu meredamkan segala keberanian ku menanyakan “dia siapa”. Lagi lagi, kata itu membuat aku seperti tidak ingin lagi hidup dalam pengabaian


Aneh rasanya terus memaksakan hidup dalam pengabaianmu, menggantungkan asa dengan sepenuh harapku kepadamu. Dan seseorang tidak terus hidup dalam cambukkan dan siksaan pegabaianmu yang terlalu dalam.

Sayangnya semua kulakukan dalam diam, kecewa dan sedihku hanya kulakukan dalam diam, tangis dan tawa ku tentang mu hanya kulakukan dalam diam, aku hanya bisa mencintaimu dalam diam disaat semua kata rasanya tidak mampu kuungkapkan, disaat doa dalam sujud adalah jalan keluar, untuk mendoakan orang yang berhasil mengambil simpatiku sampai sekarang, kamu..


Lagi lagi, kamu tidak perlu mencoba mengerti bagaimana rasa sakitnya, biar… biar hanya aku saja yang menanggung rasa sakitnya terabaikan.

Aku tidak menyebut ini karma, dan jika memang karma, aku ingin merasakan dan tidak akan terlewatkan sedikit pun rasanya sakitnya. Agar aku bisa lebih mengahargai setiap yang datang dan mengikhlaskan setiap yang pergi.

Seperti mungkin yang aku lakukan dulu kepadamu, tidak menganggapmu ada.. dan kini  kamu yang tidak menganggapku ada. Sekarang giliran aku, yang merasakan sendirian bagaimana rasanya terabaikan.

Diantara banyak yang datang, belum ada yang sepertimu, yang dapat menarik simpatiku sampai sejauh ini. Belum ada yang seperti mu, yang membuatku berani menggantung asa padamu. Belum ada yang sepertimu, yang tidak dapat terbaca. Belum ada yang seperti mu, belum.

Kamu seperti sebuah pena yang menari-nari dalam secarik kertas, yang berbagi  indahnya tulisan ceritamu diatas kertas polos, dan saat kertas itu sudah penuh akan cerita cerita tentang mu, kau akan pindah ke kertas yang lain… kertas yang masih belum ada tulisan didalamnya, dan kau menuliskan ceritamu lagi, dan seterusnya. dan pada akhirnya aku hanyalah secarik kertas yang kau sisihkan.

Memang sudah seharusnya melepas apa yang harus dilepas, memang seharusnya menghapus apa yang harus dihapus, memang seharusnya merelakan apa yang bukan milik kita.

Jangan khawatir, tekatku sudah bulat untuk keluar dalam bayang bayangmu, dan jangan remehkan aku apakah aku bisa melakukannya, jangan!


Aku fasih dengan bersandiwara, tenang saja. Kau tak akan liat wajah terpuruk dan tersakiti diwajahku, aku tak pernah akan menampakkan itu, yang kau lihat nanti hanya senyum, tenang saja, hanya sebuah senyum!

Senyum yang terpaksa digoreskan diwajah untuk menutupi semua… semuanya… semua.

Selamat tinggal, kamu, yang telah berhasil membuatku terpuruk begitu dalam.
Selamat tinggal kamu, seseorang yang selalu menarik di mataku.
Selamat tinggal kamu…


Kisahmu tak akan ku lupa, karna kau seperti bunga edelweiss, kisahmu akan abadi direlung.
Hati ini, diiringi jeritan hati seseorang yang terlanjur terluka, hanya kisah tak beserta kepingan luka.

Selamat tinggal kamu.

Dan jebakkan nostalgia itu, sebentar lagi hanya sebuah cerita, tak aka nada lagi tawa, tangis, kecewa, bahagia, sedih. yang tersisa hanyalah cerita tentangmu… yang siap untuk dihapus dari catatan hati dan fikiranku secepatnya.

Aku tak akan memaksakan “ada” dalam bahagiamu dengan dia, jangan khawatir… aku tidak apa-apa, lanjutkanlah.

BACK TO MASA KECIL




Siapa sih yang ga kangen sama kenangan dimasa kecil? masa dimana hidup adalah untuk bermain:p Masa dimana kalo salah, ya ga disalahin haha kalo minta ya dikabulin:p kalo malu eh malu maluin(?).

but really I missed that moment so much.

*TK*
 Waktu gue tk, gue pemalu banget banget banget. Kesel juga sih kalo inget kok gue pemalu banget ya dulu haha waktu tk gue maunya main sendiri, apa apa sendiri, main ayunan sendiri, diajak ngobrol sih sama temen temen tapi ya gue jawab seadanya. Saking geregetannya nyokap, tiap abis pulang dari tk kerumah pasti kena kicauannya nyokap hihi :D dia bilang gini “Dek, kalo diskolah jangan pemalu, bergaul sama temen temennya, kalo diem terus nanti ga punya temen, emang mau ga ada yang nemenin?” dan gue mikir! iya juga sih, at least besoknya gue berubah, tapi...
Gue jadi banyak ngomong gitu, dan saking mau ngilangin sifat “pendiem” dari diri gue, gue ga tau yang mana ngobrol dibawa asik sama ngobrol dibawa berantem! serius… dulu gue berantem sama temen temen gue gara gara apa coba? gara gara ngomongin teletubis-_____- konyol.
Niat banyak omong biar dapet temen eh malah berantem, wkwk btw waktu tk ada kejadian yang menurut gue….. hhhh
Waktu temen temen kelasan gue yang cowo main kejar kejaran dan yang cewe lagi pada asik masing masing, gue sendirian diri ditiang deket bangku gue, gue diem aja, trus pas cowo cowo pada main lari larian, salah satu cowo ada yang kearah gue, gue inget namanya ardi dia kearah gue dan langsung cium pipi gue, shi********t shock ga? TK LOH MENTEMEN!  
Saat itu gue ga bisa ngomong apa-apa dan melongo masih ditempat gue yang tadi, pas dicium gitu yang dipikiran gue cuma “Apa salah gue di? :” “ haha dan seketika sepenghuni kelas langsung cie-ciein dan yang gue inget mereka joget joget sambil nyanyi gitu untuk “merayakan kesengsaraan gue” mungkin~ Tapi ardi kecil kecil romantis ya hehe
Waktu gue lagi main ayunan sendirian terus dateng ardi dia main ayunan juga disamping gue.. obrolan yang gue inget sih gini “eh ada tukang mainan tuh, liat yuk, beli deh! “ “yah aku ga punya uang…” pas itu ardi seketika diem dan langsung lari ke tukang mainan, dlm hati gue, yaudah ah biarin aja udah biasa ditinggal haha eh
Trus ternyata pas gue lagi nunduk sambil main ayunan tiba tiba ardi dateng lagi didepan gue.. sambil… ngasih jepitan kupu-kupu warna ungu.. bagus, jepitannya dari alumunium, mungkin kalo sekarang harganya sekitar  7ribuan, dulu sih segitu mahal
Gue kaget. soalnya ditangannya ga ada mainan, adanya cuma jepitan, dan jepitan itu dia kasih ke gue.. sambil bilang “ini buat kamu…” trus langsung pergi gitu aja
gatau waktu itu mah dipikiran gue cuma “kenapa kok dia ngasih ini..” ya namanya juga anak tk ga ngerti apa apa hehe
Btw jepitannya masih ada sampe gue kelas 2sd, dan hilang pas gue pindah rumah:’
Waktu tk kalo musim hujan dateng rasanya tuh bahagiaaaaa deh haha soalnya kenapa? nanti kan banjir ya?  trus kita main banjiran bareng bareng deh, berendem gitu wkwkw

*SD*
gue anak pindahan hehe rumah pindah, skolah pun pindah..
Waktu kelas 2sd gue pindah ke mi al-barkah, serasa jadi “ratu” disana eaa hehe beneran! orang orangnya friendly banget, baik banget, asik banget. Beda, kalo di sd gue ga pendiem lagi dong. Anak anak bilang suasana kelasnya berubah pas gue masuk, juara bertahan dikelas itu kegeser prestasinya sejak gue pindah keskolah itu hehe iyasih, bukannya mau sombong.. gue ranking satu terus dari kelas 1-6, dan gue dikenal baik sama guru guru, gue pernah berapa kali lomba dan nyumbang piala ke sekolah.
Dan mungkin itu yang ngebuat gue… “banyak musuh” ._. di sd itu gue sering dilabrak sama temen sekelas, sama kakak kelas, dan….. banyak.
Alesannya ya banyak juga, temen geng mereka ada yang keluar dari geng mereka dan gabung ke gue, atau… cowo yang mereka taksir ternyata naksir gue, atau iri karna mereka bilang gue anak “emas” astagaaaa Sd loh! -_- udah begitu, heran.
Jujur sih, gue pernah di bully.. bully-an anak sd kaya apasih yaelah paling main kata kataan? enggak! gue pernah didorong dari tangga atas sampe gue jatoh kebawah sama kakak kelas, gue pernah dilemparin kertas dimuka gue, gue pernah dikejar kejar sama kakak kelas yang cowo gara gara ada temen kelasan gue yang cewe ngadu kalo gue blablabla, pernah dilemparin kapur pas gue lagi nulis di papan, dan yang terakhir kalo ada temen gue yang salah, bukan dia yang disalahin tapi gue… alesannya karna gue ketua geng, demituhan gue ga pernah mau jadi apapun digeng, main geng gengan di sd itu waktu itu masih trend loh hehe
iya… banyak musuh dan gue ga mikirin banget hehe.
Btw setelah gaada kakak kelas kayanya merdeka banget deh hidup gue, haha karna ya hub. gue sama temen sekelas membaiklah haha
Waktu sd, parahnya gue punya temen geng namanya muharromah, nindy, hima, lisna, mega dan dulu, kita suka banget yang namanya ke mall terus fotobox&belanja wkwkwk
Dan…. waktu pelajaran pramuka kita berenam pernah cabut kemall, sampe pernah disidang dikantor guru ditanya tanya, pernah dikejar pak siapa gitu namanya pokoknya guru pramuka garagara sekelas pengen cabut wkwkwk dikejar sampe kejalanan dan itu pada ngumpet disemak semak, paraaaaaaaah! pokoknya… jangan dicontoh ya teman teman hehe
Hm, gue juga inget pas gue sampe diskolah, gue cek kolong meja kan trus ada surat gitu isinya “sebenernya suka udah lama sama lo, tapi.. blablabla lo pasti tau siapa gue, besok pas les bahasa arab gue dateng keskolah pake baju merah”
ternyata temen gue, nindy sama muharromah dapet surat juga, dan isi akhirnya sama “besok pas les bahasa arab gue dateng keskolah pake baju merah”
dan gue nindy sama muharromah penasaran siapa, kebesokannya pas kita lagi nunggu didalem kelas kita liat kegerbang ada 3 cowok pake baju merah dan ternyata itu…… :’) astaga.

Pas ke gep mereka cuma bilang “iya haha itu cuma bercanda tadinya mau ngasih surat kesemuanya” yakali? gatau hanya tuhan yang tau.
Tapi asik sih masa sd, unforgetableeeeee<3

*SMP*
Smp masih tergolong kecil ga sih? ._. udah ah gapapa ceritain aja haha
dan kelas 1 smp.. gue berubah pendiem banget lagi. Intinya sama, di smp banyak yang benci gue… yaampun salah apa ya..
Gue inget ada anak namanya solikah, dia ribut banget setiap minta ajarin matematika, dan akhirnya gue yang ngajarin tapi nilai gue yang jelek, kan jadi sebel ya.
Yaudah waktu itu gue bilang gue cape, jangan berisik kalo mau minta ajarin trus dia ngomong gini “ yaudahsih anak anak sekelas juga ga ada yang suka sama lo” wahahaha kacang lupa kulit banget ya;) dia ngomong gitu dan cuek aja, dibalik orang yang gak suka sama gue toh masih ada yang suka sama gue hiiii~ hidup bawa simple aja ya guys
Trus dia suka banget ngirim surat dibawah kolong meja, ngata-ngatain gitu… tapi… “anjing menggonggong kafilah berlalu” gitu ajasih hehe

Selalu inget kata nyokap..  "jangan sedih kalo ada yang benci sama kamu.. karena itu tandanya ada sesuatu di diri kamu yang ga ada didiri dia makanya orang itu iri, dan jangan sedih dibalik pembenci pasti ada pencinta, cintai orang orang yang sayang sama kamu dan jangan terlalu sibuk mengurusi orang yang membenci kamu, doakan! agar hati si pembenci menjadi luluh.." :')
Oh  iya dismp juga gue sering kejebak cinta segitiga eaa gatau deh pokoknya percintaan yang paling dramatis itu pas smp haha
Dismp ini  gue juga sering banget main, main, dan main. Setiap pulang sekolah… main. pulang pun…. main. Mainnya jauh jauh loh haha, pernah juga ngebolang naik kereta sama finki liani tika dinda riska iwan firman faris dio adit irul rizki

dan dari semuanya kisah dan kenangan dimasa kecil ga ada sedikit pun yang rela gue lupain hehe, kenangan itu udah jadi kaya bagian dari kehidupan gue dimasa depan aih I’m glad to know them.

Gmn gimana kisah masa kecil kalian guys? :D