;http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/sweden.gif Nurlailie Zhafirah: Januari 2020

Minggu, 19 Januari 2020

Pengalaman menggunakan jasa Open Trip-Dieng

Nah rencana jalan-jalan ini sebenernya agak dadakan, karena memang saya dan teman saya butuh liburan. Tadinya saya memilih Bandung sebagai tempat liburan, tapi teman saya gak mau karena terlalu sering kesana. byebye makanan endess bandung:( 
 
Jadi saya beri opsi lain, ke Malang gimana? teman saya mau. Karena saya udah pernah ke Malang dan tau kalo private trip Malang itu biayanya berapa, saya iseng cari open trip Malang siapa tau lebih murah hehe
Eh dalam proses surfing di dunia maya, saya ketemu berbagai travel agent untuk ke Malang. Agak kurang puas sih, karena rata-rata destinasi wisatanya cuma ke daerah sekitaran bromo sedangkan saya maunya lebih hehe. Akhirnya cari open trip lain yang cover semuanya mulai dari transport, penginapan, makan, dan tempat wisata.

Ketemulah opentrip-Dieng funtrips. Btw, tadinya saya ga milih funtrips ini, tapi karena pas liat webnya terlihat terpercaya, saya berani deh lgsg bayar DP hari itu juga.
Balesnya juga fast response, dan abis bayar dp langsung dikirimin email invoicenya. Pokoknya untuk masalah kepercayaan, saya udah percaya banget walaupun baru pertama kali nyoba open trip.

D-day
Titik  kumpulnya itu di plaza festival tepatnya depan food colony, pertama memang agak bingung karena memang saya baru 2 kali ke plaza festival, jadi masih rabun dimana letak titik kumpulnya. Tapi pic dari opentrip dieng funtrips ini nelponin terus biar saya ga nyasar hehe akhirnya ketemu juga.
Berangkat pukul 21.00 naik Elf. Elfnya bagus, dan fasilitasnya lumayan lengkap. Tapi saya agak takut sih, karena biasanya kalau ke luar kota pakai mobil, saya pasti mabuk.
Kami sempat berhenti 2-3 kali selama perjalanan untuk ke kamar kecil, dan sholat. Selama hampir 8 jam lebih di jalan, saya merasa “Oh this is not bad” karena saya kira saya bakalan mabuk darat kalau terlalu lama di dalam mobil hehe.

Setelah sholat subuh, perjalannya yang sebenarnya dimulai. Jalan gak lurus lagi, tapi benar-benar berkelok-kelok dan ini berat banget untuk saya karena ini berlangsung selama hampir 2 jam lebih.
Teman-teman saya pun muntah, untungnya dia sudah menyiapkan plastik. Orang-orang di dalam mobil pun banyak yang mabuk.
Untungnya setelah 2 jam lebih sedikit, kami sampai di tujuan yeaay!

Day-2
Kami makan di Kedai Ongklok dekat Candi Arjuna. Nunggu makanannya luamaaa banget, untungnya kami bawa makanan yang dibeli di plaza festival semalam jadi gak kelaparan. Pas makanannya datang pun, saya agak kecewa. Karena soto yang saya kira bakalan asam dan segar yang bisa meredakan mabuk, eh malah manis hehe saya lupa kalau kami kini di Jawa. Tapi minuman pereda mabuknya memang top sih, yaitu susu jahe! love it so much.

Setelah makan, yang tadinya kami harus check in homestay dan istirahat sebentar, berubah jadi langsung ke tempat wisata. Dengan pertimbangan, karena sekarang musim hujan jadi takutnya kalau ke tempat wisatanya agak siang malah nanti hujan. Yasudah kami setuju saja, toh kami percaya tour guide lebih berpengalaman dengan hal kayak beginian.

Goes to Batu Ratapan Angin
Kalo diliat di media sosial, bagussss banget. Pas langsung ke tempatnya, ya bagus banget juga! Tempatnya dipenuhi dengan batu-batuan yang besar dan tinggi, kami mau naik dan foto disana, tapi takut. Jadi biarlah kami merelakan dapet foto bagus demi safety. Akhirnya kami cuma menikmati scenery dan mengambil beberapa foto. 

Kurang lebih begini kondisi batunya:

 

 
Pemandangan dari atas jembatan

Btw disana kami gak lama, hanya satu jam kurang. Karena setelah itu, ya hujan turun dan kami pergi ke tempat selanjutnya yaitu Dieng Plateau Theater. Disini kami nonton sejarahnya kota Dieng.

Habis dari batu ratapan angin dan dieng plateu theater, kami check in homestay. Dan another drama comes. Homestay yang udah dipesen ternyata penuh akhirnya kami dialihkan ke homestay lain yang kira kira kalau jalan 7 menitan sampai dari homestay awal. Untungnya homestaynya lumayan worth it untuk harga yang kami bayar. Jadi termaafkan untuk drama yang tadi hehe.

Homestay
Sampai di homestay kami bergantian mandi, airnya kayak es. Untung ada air hangatnya ya walaupun masih manual. Ohiya di Dieng memang dingin banget, jadi kalian harus maksain mandi air dingin supaya suhu badan kalian kurang lebih sama dengan suhu disana, jadi kalian ga begitu kedinginan setelahnya.

Habis mandi kami langsung ke titik berkumpul yang sudah ditentukan untuk berangkat ke Candi Arjuna. Dan, kami dengan pedenya ga bawa jaket, padahal orang lain make jaket dan syal yang tebal. Tapi walaupun dingin, kami ga terlalu kedinginan karena habis mandi air es jadinya suhu badan kami sudah menyesuaikan dengan suhu udara disana.

Candi Arjuna
At first I don’t expect too much. Pikirku, semua candi ya sama begitu bentukannya. Pas sampe, MasyaAllah saya pengen nangis. Hijau banget, dan udaranya bersih banget. Candi Arjuna jadi salah satu tempat favorit yang saya kunjungi di Dieng setelah batu ratapan angin.
Betah banget disini!

  
(Bersama Ika dan Basmah)

(Bersama kawan opentrip yang lain)

Kawah Sikidang
Setelah dari Candi Arjuna kami langsung cus ke Kawah Sikidang.
Tempatnya bagus. Dan banyak spot foto berbayar yang bagus-bagus. Tapi inget, harus bawa masker. Karena bau belerangnya benar-benar menyengat.


  

Setelah dari Kawah Sikidang, kami berkumpul dengan tour guide dan kawan opentrip yang lain. Tour guide memberikan informasi kalau Bukit Sikunir di pekan liburan akan sangat penuh seperti pasar. Dia memberikan opsi lain, bagaimana kalau kami pergi ke Batu Angkruk saja, disana juga tempat untuk melihat matahari terbit walaupun ga seindah di sikunir.

Ya sekali lagi, kami nurut saja. Walaupun dalam hati agak kecewa juga karena gak jadi ke sikunir.

D-day Batu Angkruk
If you have been visiting Bromo, Batu Angkruk jauuuh sekali dari keindahan matahari terbit di Bromo. Tapi di Batu Angkruk banyak spot foto yang bisa kami ambil, jadi ya tidak terlalu kecewa. Dan pemandangannya juga lumayan bagus, kok.
 
  
Setelah dari batu Angkruk kami dapat freetime sekitar 2 jam, kami menghabiskan waktu untuk packing dan berburu kuliner. Selama 2 hari di Dieng, saya kesulitan nafsu makan, karena saya picky-eater. Tapi, di hari terakhir kami di Dieng, kami baru merasakan enaknya masakan disana. Saya ingat nama kedainya, namanya kedai ongklok depan homestay Cempaka. Enak banget, saya pesan nasi goreng, mie ongklok sate ayam, dan sup iga sapi. Saya sampai bilang ke teman saya, “saya gak tau kalau mie ongklok seenak ini”.

Setelah makan, kami langsung menuju mobil untuk pulang ke Jakarta. Singkat sekali memang, liburan kami seperti main kejar kejaran dengan waktu. Tapi sekali lagi, ini open trip. Memang tidak bebas kalau masalah waktu, tapi keuntungannya adalah kami bisa hemat dan tidak nyasar di tempat baru.

Overall, saya puas ikut opentrip funtrips. Terlebih pas saya tau kalau di hari saya ga jadi ke sikunir, disana penuh dengan orang-orang yang mau melihat matahari terbit sambil berdesakan. MasyaAllah untung saya gak jadi kesana, bersyukur deh jadinya hehe. Terima kasih mas tour guide yang sudah memberikan opsi ke kami untuk ke Batu Angkruk saja daripada ke Sikunir. Kalau jadi ke Sikunir, ga kebayang deh. Bisa jadi kami cuma dapat foto kerumunan orang saja hehe.