Tuhan, apa kau ingat? Aku selalu menengadah tangan dan memohon, agar jangan sampai kau “jatuhkan” aku pada orang yang salah.
Tuhan,
apa kau ingat? Aku selalu takut untuk berharap pada sesuatu selain diriMu yang
bisa membuatku kehilangan arah.
Tuhan,
apa kau ingat? Aku tidak mengenal Aku yang sekarang. Karena Aku yang sekarang
mulai lupa, mulai goyah.
Sebuah
pertemuan adalah takdirMu yang tak pernah seorang pun tau.
Aku
pun yakin bahwa hadirnya merupakan takdir yang harus ku hadapi walau aku tak
mau.
Aku
mulai yakin bahwa ia untuk ku, dan aku mulai berharap bahwa kelak ia milikku.
Lalu
aku mulai tersadar bahwa Kau lah penulis naskah kehidupan terbaik, sedang aku
hanyalah pemain yang harus terbiasa menanti dan menunggu.
Aku
mulai berdoa, jika memang ia yang terbaik untuk ku maka dekatkanlah.
Aku
berdoa lagi, jika memang ia untuk ku maka permudahlah.
Aku
berdoa kembali, jika memang bukan ia maka buang rasa harap ini dan jauhkanlah.
Lalu Kau jabbah semuanya, Kau jauhkan aku dengannya.
Tapi
apa Kau lupa? Bahwa doaku ada dua.
Ia
telah jauh, tapi harapku masih menetap dan membuat luka.
Tuhan,
jika boleh ku pinta satu hal lagi, aku dengan tulus berdoa...
Jika
memang ia telah memilih pergi, tolong pastikan ia tidak sendiri lagi...