Saya
besar dan tumbuh dalam didikan orangtua yang Alhamdulillah luar biasa. Ibu
saya seorang guru yang sekarang menjadi ibu rumah tangga karena suatu alasan.
Tumbuh
dalam kasih sayang ibu adalah hal yang saya selalu syukuri dari kecil sampai
sekarang. Jika ada yang bertanya siapa orang yang menjadi role model saya, saya
akan cepat menjawab “Ibu saya”, kalau ada yang bertanya jika diberikan satu
kesempatan untuk menjadi orang lain, saya akan menjawab “Ibu saya”, jika ada
yang bertanya mengapa saya ingin menjadi guru padahal gajinya sedikit, saya
akan menjawab “Saya ingin seperti ibu saya”.
Iya...sebegitu
besarnya dampak sosok seorang ibu dalam hidup saya. Dan saya akan bercerita
mengapa beliau mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk pribadi dan masa
depan saya.
1.Beliau
tidak pernah meminta tolong sesuatu kecuali dia benar benar tidak bisa
mengurusnya sendiri.
Suatu
hal biasa jika seorang anak turut membantu ibunya dalam mengerjakan tugas-tugas
di rumah. Namun bagaimana caranya membuat anak sadar secara sendirinya untuk
membantu tanpa harus disuruh?
Ibu
saya berpegang teguh bahwa dia tidak akan menyuruh anaknya untuk hal-hal yang
masih dapat ia urus sendiri. Tapi tahukah kalian bahwa cara ini ternyata lebih
berhasil membuat saya mempunyai kesadaran untuk membantu tanpa diminta.
Alasan
terutama mengapa saya membantu karena saya mengamati ibu saya mengerjakan
segala seuatu sendirian walupun ia begitu lelah, saya kasihan dan timbul
kesadaran bahwa ibu bukan satu-satunya orang yang bertanggung jawab dalam
urusan RT, kedua, saya merasa dihargai jika membantu ibu, karena beliau selalu
memuji atau mengucapkan terimakasih setelah saya membantunya.
Mungkin
terkesan sangat klise, tapi percayalah bahwa menyuruh anak dengan cara
berteriak dan memarahi mereka untuk membantu tugas di rumah, membuat anak
semakin tidak ingin membantu karena merasa menjadi beban atau tidak dihargai.
Tahukah
anda bahwa ketiga kata diatas adalah kata-kata yang sederhana namun paling
susah diungkapkan? itulah mengapa kata-kata tersebut disebut kata-kata ajaib
karena melalui kata-kata tersebut, seseorang dapat merasa dihargai, dianggap
keberadaannya dan merasa istimewa.
3. Beliau
memperlakukan anaknya sebagai teman, sahabat, dan guru.
Beliau
mengerti bahwa seyogyanya anak usia bayi sampai sd adalah usia dimana anak
diperlakukan sebagai raja yang apa saja harus dituruti, smp anak diperlakukan
seperti teman yang dididik seperti militer yang diberikan berbagai peraturan,
dan sma sampai dewasa, anak diperlakukan
seperti sahabat.
Alasan
mengapa saya, adik dan kakak saya lebih dekat ke ibu karena beliau
memperlakukan kami sebagai seorang sahabat. Beliau mendengarkan cerita kami, menyukai
apa yang kami sukai dan memberi solusi terhadap masalah-masalah kami sekecil
apapun, bercanda dengan kami dan tidak segan mencubit, memukul atau menjambak
saat bercanda. Tapi hal itulah yang membuat kami nyaman menceritakan apapun ke
beliau karena beliau seperti sahabat.
4. Beliau
tahu kapan harus tegas, marah, atau bercanda.
Seperti
yang saya jelaskan di poin 3, bahwa beliau memperlakukan anaknya seperti
sahabat dan bercanda-canda. Namun bukan berarti beliau tidak tegas dan tidak
pernah marah terhadap anaknya. Beliau akan marah bila anaknya melakukan
kesalahan, namun semarah apapun beliau, ia tidak pernah berkata
kasar/meninggikan suaranya/main tangan. Ketika beliau marah, beliau membuat
anak-anaknya berpikir bahwa yang mereka lakukan memang salah, sehingga marahnya
beliau tetap membawa manfaat bagi anaknya bukan hanya sekedar angin lalu saja.
Beliau tidak terlalu sering marah karena beliau percaya bahwa “Semakin orang
tua banyak menasehati/memarahi anaknya, maka anaknya akan menjadi kebal saran (tidak
mendengarkan sama sekali)”
5.Beliau
pantang membanding-bandingkan
Ketika
beliau marah, beliau tidak pernah membandingkan anaknya dengan anak orang lain
atau dirinya. Beliau mempunyai pandangan bahwa membanding-bandikan orang lain
adalah hal yang tidak dewasa & tidak bertanggungjawab, karena semua anak
itu berbeda, mereka mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing yang tidak
bisa disamaratakan.
6. Beliau
cerdas
Mempunyai
ibu yang cerdas merupakan suatu keuntungan, karena kata-katanya akan lebih
mudah dipercaya dibanding dengan mengandalkan “kata orang” saja. Beliau dapat
menjadi guru konseling anaknya, guru berbagai macam pelajaran dan pastinya
membuat anak-anaknya juga cerdas seperti beliau.
7. Beliau
problem solver terbaik
Saat
sedang ada masalah keluarga, beliau menyelesaikannya tanpa melibatkan emosi
(re: marah, kesal yang bisa memperkeruh suasana), sehingga masalah dapat
terselesaikan dengan baik dengan suasana yang baik pula.
8. Beliau
mengerti tentang psikologi anak
Karena
memang beliau lulusan keguruan, dan mempunyai pengalaman mengajar di SD cukup
lama, sehingga beliau mengerti tentang psikologi anak-anaknya. Contohnya:
ketika pulang sekolah, jika ada hal yang ingin ia sampaikan/tanyakan, beliau
akan menunggu sampai anaknya beristirahat sebentar, makan, dan lain-lain.
Karena beliau tau saat pulang sekolah anak dalam keadaan lelah fisik dan mental
sehingga menanyakan sesuatu apalagi memberikan teguran bukan hal yang tepat
untuk dilakukan. Contoh lainnya adalah beliau tidak memotong pembicaraan karena
beliau mengerti bahwa memotong pembicaraan adalah hal yang egois, contoh selanjutnya
ketika mood anaknya sedang tidak baik, beliau akan memberikan waktu sendiri
untuk anaknya, saat moodnya sudah membaik, beliau baru bertanya apa yang
terjadi.
9. Beliau
menghargai setiap urusan pribadi anaknya
Mempunyai
anak-anak yang sudah beranjak dewasa berarti harus siap untuk dinomer duakan,
mungkin ini adalah prinsip ibu saya. Beliau tidak pernah menuntut anak-anaknya
untuk menyediakan waktu untuk beliau karena beliau tau bahwa anaknya mempunyai
urusan pribadi masing-masing yang lebih penting daripada di rumah. Beliau akan
mengizinkan anak-anaknya untuk sibuk di luar seperti organisasi, acara kelas,
atau sekedar reuni sekolah.
10. Beliau
tidak menyuruh, melainkan memberi contoh
Poin
nomer 10 ini adalah yang palingggg saya kagumi dari ibu saya. Daripada harus
menyuruh beliau lebih suka memberi contoh. Prinsip beliau adalah jika guru itu
di gugu dan ditiru, maka orang tua seharusnya juga demikian. Karena pada
hakekatnya orang tua merupakan seorang guru bagi anak-anaknya.
Misalnya
beliau selalu sholat tepat waktu dan membaca qur’an selepas magrib, beliau
mengucap salam ketika pergi dan pulang ke rumah, beliau tidak pernah membiarkan
rumah berantakan, beliau selalu memberikan energi positif ke keluarganya
seperti selalu terlihat bahagia, beliau tidak segan menyapa tetangga atau
bahkan menyapa orang yang belum beliau kenal. Hal-hal sederhana seperti itu
nampaknya memberikan efek yang luar biasa terhadap terbentuknya kepribadian
anak-anaknya terutama saya.
Dari
beliau saya sadar bahwa untuk menjadi guru yang baik ada sekolah dan ilmunya, tetapi untuk
menjadi ibu yang baik tidak ada sekolahnya namun bukan berarti tidak ada ilmunya.
Ilmu mendidik anak yang baik dan benar bisa didapatkan dengan cara sering
membaca buku tentang parenting dan psikologi anak serta pentingnya sharing tentang
parenting ke orang-orang yang mengerti tentang anak dan keluarga.
Karena
percayalah, “berhasil” atau tidaknya seorang anak, tergantung bagaimana cara
orangtua mendidik mereka sedari kecil.